Ritual kematian di kalangan masyarakat maanyan yang beragama
Kaharingan sangatlah panjang, dimulai sejak meninggal hingga upacara
pucak Ijambe. Terkadang upacara Ijambe baru dilakukan bertahun-tahun
sejak ritual pertama dilakukan mengingat besarnya biaya untuk kegiatan
upacara (Aruh). Usai upacara puncak Ijame, masih perlu diadakan kegiatan
seperti memasukan abu ke wadah khusus yang disebut Tamak.
Dibeberapa suku dayak, biasanya tulanglah yang diletakan dalam wadah
khusus tersebut. Seperti pada suku dayak Lawangan yang meletakan tulang
dalam wadah yang disebut Kariring. Untuk daerah Kalteng wadah khusus ini
disebut Sandung. Namun masing-masing memiliki bentuk yang berbeda walau
peruntukannya hampir sama.
Sedikit berbeda dengan wadah khusus yang telah disebutkan, Tamak masyarakat dayak maanyan di Kadamangan Paju Epat digunakan untuk menyimpan abu pembakaran tulang. Pada upacara ijambe tulang-tulang tidak diletakan diwadah khusus melainkan dibakar menjadi abu. Secara fisik bentuk Tamak hampir sama dengan Kariring dari suku dayak Lawangan. Bedanya Kariring memiliki satu tiang penunjang sedangkan Tamak dua buah, untuk wadah berpenunjang dua disebut Tabla oleh masyarakat dayak Lawangan.
Bahan pembuatan Tamak dari kayu ulin bulat yang tengahnya dilubangi dan dibentuk menyerupai perahu. Untuk membuat Tamak tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang, melainkan hanya oleh orang yang sudah ditahbiskan (ngawit kinte). Maksud dari Ngawit Kinte adalah ditahbiskan oleh orang yang telah mampu membuat Tamak, keahlian ini bersifat turun temurun. Biasanya, ada Tamak berisi abu dari beberapa orang dari sebuah garis keturunan dan disebut Tamak Gamungan. Walaupun dari kampung mana saja selama berasal dari satu garis keturunan dari pemilik Tamak, maka abunya dapat diletakan di Tamak tersebut. Disekitar Tamak biasanya diletakan berbagai perangkat seperti piring, gelas, guci hingga lampu tembok. Selain Tamak perorangan dan Tamak Gamungan ada pula Tamak khusus seperti Tamak Mas “Soeta Ono” karena merupakan salah satu tokoh dayak Maanyan. Tamak ini terletak di Desa Telang Siung, Kecamatan Paju Epat, Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah.
Upacara Ijame untuk membakar tulang dan meletakan abunya dalam Tamak yang terbaru dilakukan di Desa Murutuwu masih di Kecamatan Paju Epat pada tahun 2010 lalu. Namun karena adanya Tamak Gamungan maka hingga saat ini belum ada pembuatan Tamak baru. Usai urutan ritual kematian masih ada ritual lain namun sudah masuk ke dalam ritual kehidupan(Gawian Welum) yaitu Bontang/Gawe/Nuang Panuk. Biasanya selang waktunya cukup jauh dari upacara Ijambe.
Sedikit berbeda dengan wadah khusus yang telah disebutkan, Tamak masyarakat dayak maanyan di Kadamangan Paju Epat digunakan untuk menyimpan abu pembakaran tulang. Pada upacara ijambe tulang-tulang tidak diletakan diwadah khusus melainkan dibakar menjadi abu. Secara fisik bentuk Tamak hampir sama dengan Kariring dari suku dayak Lawangan. Bedanya Kariring memiliki satu tiang penunjang sedangkan Tamak dua buah, untuk wadah berpenunjang dua disebut Tabla oleh masyarakat dayak Lawangan.
Bahan pembuatan Tamak dari kayu ulin bulat yang tengahnya dilubangi dan dibentuk menyerupai perahu. Untuk membuat Tamak tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang, melainkan hanya oleh orang yang sudah ditahbiskan (ngawit kinte). Maksud dari Ngawit Kinte adalah ditahbiskan oleh orang yang telah mampu membuat Tamak, keahlian ini bersifat turun temurun. Biasanya, ada Tamak berisi abu dari beberapa orang dari sebuah garis keturunan dan disebut Tamak Gamungan. Walaupun dari kampung mana saja selama berasal dari satu garis keturunan dari pemilik Tamak, maka abunya dapat diletakan di Tamak tersebut. Disekitar Tamak biasanya diletakan berbagai perangkat seperti piring, gelas, guci hingga lampu tembok. Selain Tamak perorangan dan Tamak Gamungan ada pula Tamak khusus seperti Tamak Mas “Soeta Ono” karena merupakan salah satu tokoh dayak Maanyan. Tamak ini terletak di Desa Telang Siung, Kecamatan Paju Epat, Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah.
Upacara Ijame untuk membakar tulang dan meletakan abunya dalam Tamak yang terbaru dilakukan di Desa Murutuwu masih di Kecamatan Paju Epat pada tahun 2010 lalu. Namun karena adanya Tamak Gamungan maka hingga saat ini belum ada pembuatan Tamak baru. Usai urutan ritual kematian masih ada ritual lain namun sudah masuk ke dalam ritual kehidupan(Gawian Welum) yaitu Bontang/Gawe/Nuang Panuk. Biasanya selang waktunya cukup jauh dari upacara Ijambe.