Palangka Raya – Orang dayak Maanyan menyebutnya Baluntang
sedangkan orang Ngaju menamakannya Sapundu, keduanya memiliki bentuk dan fungsi
yang hampir sama. Secara umum bagi orang dayak maanyan utamanya yang beragama kaharingan,
mendirikan baluntang sangatlah penting. Karena upacara Buntang dimana baluntang
menjadi objek utama Aruh (upacara) merupakan bagian penting dalam tahapan
upacara kematian. Upacara ini
bertujuan mengangkat arwah orang yang meninggal dari alam kubur ke alam roh
yang penuh kesempurnaan sekaligus menjadi simbol bakti, hormat, dan tanggung
jawab keluarga dan warga terhadap mendiang.
Baluntang sendiri memiliki fungsi fisik menjadi tempat
mengikat kerbau yang dikorbankan pada upacara buntang dan juga sebagai batur
atau nisan. Untuk bentuk fisiknya berupa batang ulin (kayu besi) yang
seperempatnya dipahat menyerupai wujud manusia. Setiap rupa patung ini
menggambarkan keadaan mendiang semasa hidupnya.
Bila patung berupa orang berdiri dan memegang tongkat
maka kemungkinan besar semasa hidup almarhum adalah wadian/balian. Bila patung
memegang tombak dan mandau maka kemungkinan arwah adalah pejuang atau kesatria.
sedangkan bila rupa patung sedang duduk di atas kursi maka orang yang
diperlambangkan adalah pejabat seperti penghulu, pembakal atau mantir kepala
adat.
Mengapa baluntang dapat menjadi penanda status social
dikalangan masyarakat dayak maanyan, hal ini dikarenakan untuk mendirikan
baluntang diperlukan biaya yang mahal. Andaikan saja ada rumah yang kecil namun
didepannya terdapat banyak baluntang maka keluarga diruma itu bias dikatakan
keluarga berada. Berbeda dengan saat ini dimana megah dan mewahnya rumah serta
deretan mobil menjadi penanda status seseorang.
Upacaranya buntang sediri dapat berlangsung antara
tiga hingga tujuh hari tergantung kemampuan penyelenggara. Meskipun besar biayanya, tetap harus dilaksanakan
bahkan bisa saja satu baluntang dibangun untuk lebih dari satu leluhur, asalkan
masih satu garis keturunan.
Sejak pencarian kayu, pembuatan,
hingga berdirinya baluntang, banyak ritual pantangan, dan syarat yang harus
dilakukan dan dipenuhi. Contohnnya saja pembuatan baluntang, sebelum mulai
pekerjaannya, pemahat melakukan ritual menyembelih ayam jantan. Syarat lainya yaitu
menyiapkan dua jenis beras, beras lungkung dan dan beras ketan dalam sangku,
dilengkapi satu bungkus gula merah dan sebutir buah kelapa tua.
Jadi cukup jelas bahwa pemahat baluntang bukanlah
sembarang orang, karena diperlukan keahlian dan pengetahuan khusus untuk memahat
baluntang. Hal ini menambah nilai seni, estetika serta nilai sejarah dari baluntang,
itulah mengapa pada tahun 70an sangat banyak balutang warga yang hilang dicuri.
Saat ini keberadaan baluntang yang sudah berumur
puluhan hingga ratusan tahun yang dalam kondisi bagus sudah cukup jarang. Namun
sekarang mulai berdiri beberapa baluntang baru di daerah Barito, dimana
sebagian besar suku dayak maanyan tinggal.