Komunitas Anak Dayak Maanyan (KOMANDAN) jln. Nansarunai RT.V, dabung (depan RSUD Tamiang Layang), Kabupaten Barito Timur, contact personne : (ebbi)+6285249537058, PIN BB 27011fe5 (Alfirdaus) +621351946584 e-mail komandan_maanyan@yahoo.com komandanmaanyan@gmail.com

Jumat, 06 Mei 2016

Tanuhui Asal Mula Hukum Adat Paju X

Tanuhui Tuan Panayar Dengan Putiri Bungsu

Tuan Panayar dengan istrinya Putiri Bungsu sudah lama hidup sebagai pasangan suami istri, hingga mempunyai seorang anak bernama Riak Mangulung.Pada suatu ketika Tuan Panayar ingin berlayar ke seberanguntuk mencari nafkah bagi anak dan istrinya. Ketika Tuan Panayar ingin berangkat dia telah menyiapkan berbagaikeperluan untuk dibawa berupa kayu bakar, beras, dan air minum untuk kebutuhan selama tiga bulan. Sesaat sebelum berangkat ia sempat berpesan kepada istri dan anaknya, katanya: “Istri dan anakku, jangan keluar rumah selama aku belum pulang. Kalau ingin melakukan sesuatu, semua sudah disiapkan dan tersedia namun bila ada tamu datang jangan sekali-kali membuka pintu rumah karena kamu tidak kenal apakah orang itu baik atau tidak.” Lalu jawab istrinya: “Baiklah suamiku, dan aku berharap supaya kamu juga selalu setia dan tidak mengkhianati aku istrimu dan anakmu.”
Maka keesokan harinya Tuan Panayar berangkat sambil menitikkan airmata ia mencium anak dan istrinya sambil mengucapkan selamat tinggal lalu melangkah pergi sampai ke perahu di tepian sungai tempat permandian mereka. Setelah pergi lebih kurang satu satu bulan lamanya ia berniat untuk pulang namun ternyata air sungai surut hingga ia tidak bisa pulang. Selama 4 bulan lamanya musim kemarau, selama itu pula ia tidak dapat pulang ke rumah untuk bertemu dengan anak dan istri yang ia cintai.
Satu bulan setelah kepergian Tuan Panayar terjadilah suatu kejadian yang tidak diduga-duga. Ketika Putiri Bungsu dan anaknya yang tinggalberdua di rumah, mereka dikunjungi seorang gadis yang sangat cantik bernama Antu Paku, yang kecantikannya sangat luarbiasa sehinggabisa diungkapkan dengan kata berikut:“Lunu Mate Andrau Saitu.”Artinya mata hari saat tengah haripun akan redup karena kecantikan gadis itu.  Saat itu gadis itu mengetuk pintu ingin masuk ke dalam rumah namun Putiri Bungsu menjawab: “Maaf saya tidak bisa membuka pintu karena rumah ini dikunci suamiku, Tuan Panayar!” Namun dari siang sampai malam gadis itu tetap memaksa untuk membuka pintu dan jendela untuk masuk ke dalam rumah. Sampai suatu ketika Putiri Bungsu tidak dapat lagi menahan kencing tapi kemanapun ia pergi selalu diikuti gadis yang berada di luar sana. Karena Antu Paku melihat kemaluan Putiri Bungsu maka dengan tergesa-gesa Putiri Bungsu naik ke atas dapur (rapuan) untuk kencing.
Setelah air kencingnya turun jatuh ke tanah sesuatu yang aneh terjadi, air kencing tadi berubah menjadi akar (wakai pike). Maka dari akar itulah Antu Paku naik dan masuk ke dalam rumah dan akhirnya mereka pun bersahabat.
Selama satu minggu sampai satu bulan mereka bersahabat baik bahkan sudah seliur seludah, sedarah sedaging karena begitu dekatnya mereka, sampai suatu ketika Antu Paku memohon kepada Putiri minta diayunkan di depan pintu masuk. Putiri Bungsu pun mengayun Antu Paku tepat di muka pintu masuk, dari hari pertama, kedua, dan ketiga kadang-kadang Antu Paku tertidur, namun pada hari keempat Antu paku berkata: “Kita bergantian.” Tapi jawab Putiri Bungsu “Aku tidak berani” Namun Antu Paku terus memaksa sampai akhirnya Putiri merasa bosan karena terus dipaksa iapun mengiyakan keinginan Antu Paku. Putiri Bungsu pun mempersiapkan pakaiannya dan pakaian anaknya kemudian beras satu mangkuk (erang mangkuk), telur satu biji, lading(pisau) satu bilah. Maka Putiri Bungsu berkata pada Antu Paku: “Ayolah ayunkan aku bersama anakku, aku rela pergi dari rumah ini dan engkau menduduki rumahku dengan Tuan Panayar asalkan aku dan anakku selamat sampai seumur jaman.”
Mereka pun mulai diayunkan oleh Antu Paku dari pagi sampai siang terus menjelang petang semakin keras dan semakin keras ayunan Antu Paku, dan ternyata tali ayunan itu tiba-tiba putus dan Putiri Bungsu tidak sadar akan hal itu. Katanya kepada anaknya “Dimana kita anakku?” sambil menangis terisak-isak dan hari sudah semakin gelap yang terlihat hanyalah bintang-bintang.
Tiba-tiba datanglah seekor burung dan berkata kepada mereka: “Siapa kalian dan mengapa kalian ada di tempatku?” lalu Putiri Bungsu menjawab: “Aku dan anakku tersiksa oleh karena ulah Antu Paku karena ia berniat jahat ingin menduduki rumahku sedang suamiku Tuan Panayar saat ini sedang pergi.” Lalu burung itu bertanya kembali: “Berapa lama suamimu sudah pergi meninggalkan kalian dan kapankah ia akan kembali?” Kemudian Putiri Bungsu menjawab, katanya: “Suamiku sudah pergi berbulan-bulan dan tidak dapat dipastikan kapan ia akan kembali.” Lalu jawab burung itu: “Baiklah kalau demikian, tinggalah kalian berama saya di sini. Hanya beras dengan telur yang ada kami simpan sementara sampai suamimu datang dan kalian pasti akan pulang. Kalau makan dan minum kita sama-sama berdoa agar hidup kita di dunia ini mendapatbanyak rejeki.” Putiri Bungsu pun bertanya: “Dimanakah aku dan anakku tinggal sekarang ini?” Jawab sang burung tadi: “Jangan kuatir kita sekarang berada di atas Mahlegai. Cuma hati-hati jangan banyakbergerak takut kalau-kalau terjatuh.”
Sudah sekitar lima bulan lamanya mereka tinggal bersama-sama dengan sang burung di puncak Mahlegai, dan pada suatu waktu terdengar suara sorak-sorai, suara gong dan gendang serta terlihat tari-tarian dari siang hari sampai malam hari tidak berkesudahan.  Mendengar hal itu Riak Mangulung berkata kepada ibunya: “Bu, besok akan turun ingin melihat kegiatan yang dilakukan orang-orang itu.” Namun sang ibu melarang keinginan  anaknya. Dari hari pertama sampai hari kedua keinginan itu diungkapkan anaknya tapi masih saja ditegur ibunya, namun pada hari ketiga sang anak tidak mengindahkan larangan ibunya, sehingga anaknya tetap berkeras ingin turun melihat apa yang dilakukan orang-orang di bawah sana. Lalu ibunya berkata “Dengan jalan apa engkau hendak turun, Nak?” Dan sang anak menjawab: “Saya akan turun menggunakan tangga, Bu!” Kemudian ia mengambil lading dari ibunya.
Pagi-pagi setelah makan dan minum maka Riak Mangulung menyiapkan pakaian seraya berkata pada ibunya: “Ibu, saya akan turun sekarang...” Lalu sang ibu menjawab: “Hati-hati, ya anakku!” Riak Mangulung pun beranjak turun, sambil menjatuhkan lading ke bawah dan seketika itu juga muncul tangga yang sampai ke bawah lalu ia pun turun pelan-pelan dan sesampainya di bawah ia pun serta merta mengikuti arah orang banyak pergi.
Setelah ia melihat kegiatan tersebut serta mendengar bunyi gong, gendang serta melihat tari Giring-Giring dan tari Bahalai, ternyata hanya dengan melihat ia langsung bisa melakukan tari-tarian tersebut. Selain itu ketika melihat ke belakang ada banyak sekali orang, ada manguntur(gelanggang sabung ayam), ada butur buyang dadu, maka ia pun ingin mencoba ikut bermain karena sewaktu turun dari Mahlegai ia diberi satu keping uang perak. Pertama kali ia ikut memasang ternyata menang, sehingga setiap kali ia memasang diikuti oleh orang banyak. Dari pagi sampai sore ia telah bermain judi ternyata ia menang banyak sekali, dari satu keping uang perak menjadi dua ratusan keping uang perak.
Saat hari sudah hampir gelap ia beranjak untuk kembali pulang, sesampainya di pohon Mahlegai ia segera melempar lading yang ia bawa ke atas maka segera muncul tangga menuju ke atas dan ia segera naik. Sesampainya di atas ia segera memanggil ibunya sambil berkata bahwa ia sangat beruntung hari ini. Ibunya bersyukur mendengar perkataan anaknya.
Keesokan harinya Riak Mangulung turun lagi namun kali ini ia turun membawa ayam jago yang diberikan oleh burung yang tinggal di atas Mahlegai, lalu seperti biasa dengan mujizat ia menjatuhkan lading ke bawah, maka muncullah tangga yang menuju ke bawah dan turunlah perlahan-lahan sehingga Riak Mangulungpun sampai ke tempat kegiatan yang kemarin ia datangi. Setelah sampai  di tempat kegiatan tersebut orang-orang melihat kepada Riak Mangulung yang membawa seekor ayam jago, lalu dengan segera orang-orang mengajak untuk adu ayam namun Riak Mangulung berkata bahwa tidak memiliki taji tapi ada yang menawarkan untuk menggunakan taji yang orang itu miliki. Setelah itu terjadilah adu ayam yang mengundang hiruk-pikuk orang-orang. Ada yang berteriak: “Tidak akan lama lagi sudah...” dari dalam gelanggang lalu seketika terdengar riuh teriakan kemenangan dari orang banyak, ternyata ayam jago yang dibawa Riak Mangulung yang menang. Dan hal itu terjadi terus-menerus, ayam jago yang dibawa Riak Mangulung selalu saja menang. Karena hal tersebut terjadi terus-menerus, beberapa orang nampak sangat emosi karena selalu kalah sehingga Riak Mangulung pun mohon diri untuk istirahat pulang. Setelah malam hari Riak Mangulung kembali turun melihat orang-orang bermain Butur Buyang Dadu, dan iapun mengikuti pasangan-pasangan orang ternyata ia selalu menang dan tak pernah kalah. Saat malam semakin larut ia pun beranjak untuk kembali pulang dengan membawa kemenangan.
Keesokan harinya saat hari sudah siang, Riak Mangulung mengatakan pada ibunya kalau ia mau turun ke tempat kegiatan dengan membawa ayam jago lagi, namun ibunya berkata: “Ingat Nak, tidak seterusnya bisa menang karena ada waktunya pasti bisa kalah...” tetapi sang anak tidak mempedulikan teguran ibunya dan iapun kembali turun dengan membawa ayam jago untuk diadu, dan lagi-lagi ayam itu selalu menang. Tetapi setelah ia keluar dari tempat kegiatan, ia dikelilingi orang banyak dan serempak mereka menyergap dan menangkap Riak Mangulung. Uang yang ada semuanya dirampas, sedang Riak Mangulung disekap dan dimasukkan ke dalam kandang besi bersama ayam jagonya.Ia disekap dari sore hari sampai dini hari keesokan harinya, dan pada dini harinya ayam jago yang dibawa Riak Mangulung pun berkokok dengan berbunyi demikian:

“Adui Inung! Adui Inung! Adui Apang! Adui Apang! Inungku Putiri Bungsu... Bapangku Putera Layar... Ngaranku Riak Mangulung... Hayamku Tabur Banua...”

Berulang-ulang ayam tersebut berkokok demikian, sehingga datanglah seorang yang bernama Putra Layar dengan mengundang beberapa keluarga untuk mengeluarkan Riak Mangulung beserta ayamnya dari tempat tersebut. Putra Layar pun bertanya: “Jelaskan riwayatmu dan dimana ibumu berada?” Sambil menangis terisak Riak Mangulung pun bercerita dengan menguraikan semua peristiwa yang terjadi terhadap dirinya dan sang ibu sehingga keadaannya seperti sekarang ini. Setelah mendengar cerita Riak Mangulung yang ternyata adalah anaknya, segera dimintanya keluarganya untuk menjemput ibu Riak Mangulung yang ternyata istrinya dari tempatnya sekarang yaitu di atas pohon Mahlegai agar mereka bisa kembali berkumpul.
Nampaknya kegiatan tetap berjalan dan sampai pada malam hari saat mereka berkumpul bersama, Putra Layar mengajak Antu Paku dan Putiri Bungsu untuk menari Giring-Giring dan dilanjutkan dengan tari Bahalai. Namun Antu Paku diajak menari makin ke tepi balai hingga ia terjatuh dan terinjak-injak oleh orang banyak dan meninggal.

Waktu pun telah berlalu, segala jenis kegiatan pun berakhir, Antu Paku sudah dikuburkan. Keluarga yang telah lama terpisah kembali berkumpul, kemudian mereka pulang dan berkumpul seperti dahulu lagi ke rumah mereka masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

..

Komunitas Anak Dayak Maanyan (KOMANDAN) jln. Nnsarunai RT.V dabung (depan RSUD Tamiang Layang), Kabupaten Barito Timur, contact personne : (ebbi)+6285249537058 PIN BB: 27011fe5 (Alfirdaus) +621351946584 e-mail komandan_maanyan@yahoo.com komandanmaanyan@gmail.com